Cukup
mengagetkan hati tatkala melihat semangat sebagian "kiyai" atau "wali"
dari kalangan aswaja dalam memberi ucapan "selamat natal" kepada kaum
Nasrani. Bahkan tatkala Gus Dur dalam kondisi kritis dan menjelang
wafatnya, maka beliau masih sempat mengucapkan selamat natal,
sebagaimana dituturkan oleh putri beliau Inayah Wahid. Ia berkata :
((Saat itu, kondisi ayahnya yang makin
kritis saat berbaring di rumah sakit. Teman, rekan, sahabat Gus Dur dari
kalangan nasrani, datang menjenguk, bertepatan dengan Hari Natal, 25
Desember. "Dengan kondisi yang sakit, Gus Dur masih bisa mengucapkan
selamat Natal. Ucapan itu persis pada pada tanggal 25 Desember.)),
sebagaimana dinukil dari
http://www.tribunnews.com/2011/01/01/gus-dur-masih-bisa-ucapkan-selamat-natal)
Demikian juga semangat mengucapkan natal disampaikan oleh Gus Sholah, sebagaimana dituturkan oleh Tribun News:
((Cendekiawan Muslim Salahuddin Wahid mengatakan, umat Islam sah-sah saja mengucapkan Natal kepada umat Kristiani. Pasalnya, tidak ada dasar yang melarang Muslim mengucapkan natal. "Mengucapkan Natal adalah bentuk ungkapan saling menghormati antarpemeluk agama," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah itu, Kamis (20/12/2012))), http://www.tribunnews.com/2012/12/20/gus-sholah-tak-ada-larangan-muslim-ucapkan-selamat-natal,).
Padahal ketua MUI telah melarang mengucapkan selamat natal (http://www.tempo.co/read/news/2012/12/20/173449329/MUI-Umat-Islam-Tidak-Usah-Ucapkan-Selamat-Natal)
((Cendekiawan Muslim Salahuddin Wahid mengatakan, umat Islam sah-sah saja mengucapkan Natal kepada umat Kristiani. Pasalnya, tidak ada dasar yang melarang Muslim mengucapkan natal. "Mengucapkan Natal adalah bentuk ungkapan saling menghormati antarpemeluk agama," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah itu, Kamis (20/12/2012))), http://www.tribunnews.com/2012/12/20/gus-sholah-tak-ada-larangan-muslim-ucapkan-selamat-natal,).
Padahal ketua MUI telah melarang mengucapkan selamat natal (http://www.tempo.co/read/news/2012/12/20/173449329/MUI-Umat-Islam-Tidak-Usah-Ucapkan-Selamat-Natal)
Hari natal adalah hari perayaan kaum
Nashrani. Apa sih yang sedang mereka rayakan?, yang sedang mereka
gembirakan??. Tentunya semua kaum Nashrani –dari Sabang sampai Merauke-
sepakat bahwa mereka sedang merayakan hari kelahiran tuhan dan
sesembahan mereka. Mereka tidak sedang merayakan kelahiran Yesus sebagai
seorang nabi, akan tetapi merayakan kelahiran Yesus sebagai "Tuhan"
atau "Anak Tuhan". Coba kita renungkan dengan akal sehat…, tatkala
seorang muslim mengucapkan selamat kepada mereka, apakah yang dipahami
oleh mereka?, apakah mereka memahami seorang muslim sedang menyatakan,
"Selamat atas kelahiran Yesus sebagai seorang Nabi?". Tentunya sama
sekali tidak !!!, karena jika mereka memahami demikian tentunya mereka
akan ngamuk dan merasa dihina oleh seorang muslim….
Karenanya…mengucapkan selamat hari natal menimbulkan kelaziman-kelaziman yang sangat buruk…
((Selamat Hari Natal = Selamat hari lahirnya "tuhan" kalian = selamat menyembah salib = selamat kalau Allah punya anak = selamat bertrinitas = selamat memusuhi agama tauhid (Islam) = Selamat bahagia dengan bangkitnya kaum salibis yang senantiasa mengharapkan hancurnya Islam))
Ucapan selamat natal lebih parah daripada ucapan : Selamat berzina..., selamat mabuk..., selamat mencuri..., selamat membunuh..., selamat korupsi..., karena dosa terbesar adalah dosa kesyirikan…
Akan tetapi masih banyak kaum muslimin yang tidak menyadarinya...!!!!
Karenanya…mengucapkan selamat hari natal menimbulkan kelaziman-kelaziman yang sangat buruk…
((Selamat Hari Natal = Selamat hari lahirnya "tuhan" kalian = selamat menyembah salib = selamat kalau Allah punya anak = selamat bertrinitas = selamat memusuhi agama tauhid (Islam) = Selamat bahagia dengan bangkitnya kaum salibis yang senantiasa mengharapkan hancurnya Islam))
Ucapan selamat natal lebih parah daripada ucapan : Selamat berzina..., selamat mabuk..., selamat mencuri..., selamat membunuh..., selamat korupsi..., karena dosa terbesar adalah dosa kesyirikan…
Akan tetapi masih banyak kaum muslimin yang tidak menyadarinya...!!!!
Apa yang saya simpulkan di atas ternyata
telah jauh-jauh diperingatkan oleh para ulama. Ibnul Qoyyim
rahimahullah dalam kitabnya "Ahkaam Ahli Adz-Dzimmah" berkata:
وأما التهنئة بشعائر
الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول عيد
مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد ونحوه فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من
المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثما عند الله
وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه.
وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ولا يدري قبح ما فعل
"Adapun memberi selamat terhadap
perayaan-perayaan kufur yang khusus maka hukumnya haram berdasarkan
kesepakatan (para ulama) seperti seseorang (muslim) memberi selamat
kepada mereka (orang-orang kafir) atas perayaan-perayaan mereka. Maka ia
berkata "Perayaan yang diberkahi atasmu…" atau "Selamat gembira dengan
perayaan ini" atau yang semisalnya. Maka perbuatan seperti ini –kalau
pengucapnya selamat dari kekufuran- maka perbuatan ini merupakan
keharaman, dan kedudukannya seperti jika ia memberi ucapan selamat
kepada orang yang sujud ke salib. Bahkan hal ini lebih parah dosanya di
sisi Allah dan lebih di murkai dari pada jika ia mengucapkan selamat
kepada orang yang minum khomr (bir) atau membunuh orang lain, atau
melakukan zina dan yang semisalnya. Banyak orang yang tidak memiliki
ilmu agama yang cukup terjerumus dalam hal ini, dan mereka tidak tahu
akan buruknya perbuatan mereka." (Ahkaam Ahli Adz-Dzimmah 1/441, tahqiq :
Yusuf bin Ahmad Al-Bakry dan Syaakir bin Taufiiq, cetakan Romaady li
An-Nasyr, cetakan pertama 1418 H/1997 M)
Seseorang hendaknya mencari keridoan
Allah ta'ala, dengan mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan murka
terhadap apa yang dimurkai oleh Allah. Allah sangat murka dengan
pernyataan bahwa Yesus adalah anak Allah.
وَقَالُوا اتَّخَذَ
الرَّحْمَنُ وَلَدًا (٨٨) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩) تَكَادُ
السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ
الْجِبَالُ هَدًّا (٩٠) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا
"Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah
mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit
pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak." (QS
Maryam : 88-91)
Allah menggambarkan rusaknya keyakinan
Allah punya anak dengan menyatakan bahwa pernyataan tersebut
hampir-hampir menjadikan benda-benda mati yang megah seperti langit,
bumi, dan gunung hancur karena betapa mungkarnya pernyataan tersebut.
Lantas kemudian kaum Nasrani bergembira dengan pernyataan
tersebut…Lantas sebagian kaum muslimin ikut mengucapkan "Selamat" atas
keyakinan yang batil ini, yang merupakan puncak kesyirikan !!!!
Tidak diragukan lagi bagi orang yang
berakal/waras bahwasanya jika seseorang berkata kepada orang lain,
"Selamat berzina" sambil mengirimkan kartu uacapan selamat, disertai
senyuman tatkala mengucapkannya, maka tidak diragukan lagi bahwasanya
menunjukan ia ridho dengan "zina" tersebut. Dan itulah yang dipahami
oleh sang pelaku zina.
Lantas jika ada orang yang mengucakan
"Selamat hari natal" bukankah ini menunjukan ia ridho denga acara
kesyirikan dan kekufuran tersebut??. Ucapan selamat seperti ini, tidak
diragukan lagi secara dzohir menunjukan keridoan !!!
Dari sinilah kenapa para ulama
mengharamkan ucapan "selamat natal". Meskipun –sebagaimana yang
dinyatakan oleh Ibnul Qoyyim- bahwasanya kebanyakan orang yang
mengucapkannya tidak bermaksud demikian, dan tidak bermaksud rido dengan
kekufuran dan kesyirikan.
0 Response to ""DIBALIK" UCAPAN SELAMAT HARI NATAL "
Posting Komentar